0

Kenali dan Cintai Negeri



>

gambar: internet

Kecantikan alam dan heterogenitas budaya yang dimiliki Indonesia membuatnya masuk dalam daftar negara yang layak dikunjungi para pelancong asing. Letaknya yang berada di cadar khatulistiwa membuat Indonesia memiliki begitu banyak hutan hijau dengan keanekaragaman hayati yang memesona.

Negeri yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah ruah ini memaksa dunia untuk menjulukinya sebagai The Super Biodiversity State. Data dari Walhi menunjukkan, hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Data kekayaan tersebut belum dijumlahkan dengan jutaan ton tembaga, emas, perak, serta ratusan ribu kubik minyak bumi dan gas yang terkandung di perut ibu pertiwi.


Wah, melihat data tersebut tentunya akan timbul kebanggan dalam diri kita sebagai penghuni negeri zamrud khatulistiwa ini. Namun di atas tanah subur dengan aset tak terhitung itu, kemiskinan masih menggelayuti wajah rakyat Indonesia. Akibat arogansi para pejabat pemerintahan, rakyat Indonesia harus membeli minyak yang berada di bawah tanah merah yang dipijaknya sendiri. Indonesia sebagai negeri agrari bahkan masih memerlukan impor beras. Ibu pertiwi pun menangis karena rakyatnya bagai tikus mati di lumbung padi.


Bangsa asing memonopoli kekayaan kita dan merdeka di atas penderitaan rakyat Indonesia. Keadaan ini dibiarkan menjamur begitu lama sehingga membuat ekonomi Indonesia pincang dan bergantung pada suplai dana asing. Ketika kondisi Indonesia terpuruk, kabar lain datang dari negara serumpun kita, Malaysia. Tanpa permisi, Negeri Jiran tersebut mencaplok berbagai kebudayaan Indonesia seperti batik, reog ponorogo, tari pendet, bahkan beberapa kepulauan Indonesia.


Melihat masalah ini, tidaklah bijak jika kita hanya menyalahkan satu pihak saja. Masyarakat pun perlu berkaca diri. Masuknya kebudayaan asing ke Indonesia seolah membutakan mata rakyat dari kenyataan yang ada. Bukannya melestarikan kebudayaan sendiri, masyarakat justru termanjakan dengan budaya populer yang dirasa lebih modern.


Sebenarnya tidak pernah ada kata terlambat untuk berbenah. Masyarakat dan pemerintah perlu menjalin suatu kerjasama untuk melindungi aset-aset berharga republik ini. Jangan biarkan ibu pertiwi menangis lagi. Bertanyalah pada diri sendiri, sudahkah aku mengenal negeriku, mencintainya, dan menjaganya? (Nrt)


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0

Perlukah Kesetaraan Gender?



>

“Lo itu perempuan. Jadi urusan dapur udah jadi kodrat lo lah!”

“Gue kan laki-laki, jadi lo harus nurut sama Gue”

“Perempuan tuh gak boleh lebih hebat dari laki-laki”

“Laki-laki yang harus nyari nafkah. Perempuan di rumah aja, ngurus anak. Itu kodrat”

“Ngapain sih ikut campur urusan laki-laki?”


Hmm…Akrabkah teman-teman dengan kalimat-kalimat tersebut? Saya yakin jawabannya IYA.


Lalu, pernahkah teman-teman berfikir bahwa budaya patriarki yang terlanjur melekat pada pribadi orang Indonesia secara langsung dan tidak langsung membuat kesenjangan gender?


Kenapa bisa ada kalimat-kalimat yang saya contohkan di atas? Sebenarnya, alasannya sangat klasik: KODRAT. Bagi saya, sebuah kesalahan besar jika hal-hal semacam itudidasarkan pada kodrat. Kutipan yang saya contohkan di atas merupakan konstruksi yang dikodratkan, bukan kodrat.


Lalu, apa sebenarnya kodrat perempuan itu? Kodrat perempuan adalah memiliki rahim. Dari rahim tersebut, akan tumbuh nafas seorang bayi. Perempuan tak dapat mengelak dari kodratnya yang harus menstruasi setiap bulan dan melahirkan seorang anak. Namun, menjadi ibu rumah tangga, takluk terhadap laki-laki, dan memasak di dapur bukanlah kodrat melainkan suatu PILIHAN.


Intinya, sekarang bukan zamannya lagi perempuan harus hidup di bawah ketiak laki-laki. Perempuan juga harus berani keluar dari zona nyamannya. Perempuan tidak bisa tinggal terus dan terkurung dalam kotak sabun. Namun apa yang saya maksudkan disini bukanlah sebagai bentuk pembangkangan terhadap kaum adam. Ini hanya merupakan bentuk keprihatinan terhadap para perempuan yang sering tertindas oleh mereka yang mengatasnamakan kodrat.


Sebenarnya, banyak hal-hal yang bisa dilakukan seorang perempuan, tentunya dengan melihat potensi yang ada pada diri sendiri kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Yang jelas kaum perempuan saat ini tidak harus minder atau malu dengan keterbatasannya, tapi lebih mengedepankan potensi yang dianugrahkan kepadanya.


Apapun bentuknya, tetesan peluh dari seorang perempuan tidak akan menguap sia-sia. Kehidupan yang kian getir, menjadikan para perempuan harus berjuang demi mewujudkan mahakarya dalam kehidupannya, seperti mereka sendiri yang terlahir sebagai mahakarya Sang Pencipta.


Buka mata, guys! Kesetaraan gender itu perlu ditegakkan, karena di mataNya, kita adalah sama. (Nrt)


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Back to Top